Kaidah-kaidah Fiqih, Al Qowaidul Fiqhiyyah...by Ema Suraya


Kaidah-kaidah Fiqih

Al Qawaidul Fiqhiyyah (kaidah-kaidah fiqih)  adalah sebuah kitab yang berbentuk nadzham (syair) yang berisi tentang kaidah-kaidah dasar ilmu fiqih. Pengarang kitab nadzham ini adalah seorang ulama terkemuka, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah As-Sa’diy, lahir pada tahun 1307 H di kota Unaizah, Qasim, wilayah Najd, Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh As Sa’dy memiliki banyak karangan diantaranya Taisirul Karimil Mannan fi Tafsir Kalamil Rahman (Kemudahan dari Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi dalam Tafsir Kalam Ilahi), Al-Irsyad ilaa Ma’rifatil Ahkam (Petunjuk  untuk memahami hukum-hukum), Ar – Riyadh an-Nadhirah (Taman-taman yang bercahaya), Bahjatu Qulubil Abrar (Kegembiraan hati orang-orang yang bertaqwa), Manhajus Salikin wa Taudhihul Fiqh Fid Diin (Pedoman orang yang beribadah dan pejelasan fiqh dalam agama), dan banyak lagi yang lain.

Kaidah-kaidah Fiqih

الحَمْدُ للهِ العَلِيِّ الأَرْفَقِ * وَجَامِعِ الأَشْيَاءِ وَ المُفَرِّقِ
Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi dan Maha Lembut .. Pengumpul dan Pemisah segala sesuatu

ذِي النِِّعَمِ الوَاسِعَةِ الغَزِيْرَةْ * وَالحِكَمِ البَاهِرَةِ الكَثِيْرَةْ
pemilik nikmat yang luas lagi melimpah serta hikmah yang bersinar lagi banyak


ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ دَائِمِ * عَلَى الرَّسُوْلِ القُرَشِيِّ الخَاتَمِ
kemudian semoga shalawat serta salam senantiasa atas Rasul penutup dari suku Quraisy

وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ الأَبْرَارِ * الحَائِزِيْ مَرَاتِبِ الفَخَارِ
atas keluarganya, sahabatnya yang baik yang mencapai tingkatan membanggakan

اِعْلَمْ هُدِيْتَ أَنَّ أَفْضَلَ الْمِنَنْ * عِلْمٌ يُزِيْلُ الشَّكَّ عَنْكَ وَ الدَّرَنْ
ketahuilah-semoga kamu diberi petunjuk-bahwa sebaik-baik anugerah adalah ilmu yang menghilangkan keraguan dan keburukan

وَيَكْشِفُ الْحَقَّ لِذِيْ الْقُلُوْبِ * وَيُوْصِلُ الْعَبْدَ إِلَى الْمَطْلُوْبِ
serta menyingkap kebenaran bagi pemilik hati dan mengantarkan hamba kepada yang dicari

فَاحْرِصْ عَلَى فَهْمِكَ لِْلْقَوَاعِدِ * جَامِعَةِ الْمَسَائِلِ الشَّوَارِدِ

Maka bersemangatlah dalam mempelajari kaidah-kaidah (fiqh),
yang dapat mengumpulkan banyak masalah yg tidak menyatu

فَتَرْتَقِيْ فِي الْعِلْمِ خَيْرَ مُرْتَقَا * وَتَقْتَفِيْ سُبْلَ الَّذِيْ قَدْ وُفِقَا
Pelajarilah ilmu secara bertahap.. dan ikutilah jalan orang yang benar

وَهَذِهِ قَوَاعِدٌ نَظَمْتُهَا * مِنْ كُتْبِ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ حَصَلْتُهَا
ini adalah kaidah-kaidah yang aku susun dari kitab-kitab ahli ilmu

جَزَاهُمُ الْمَوْلَى عَظِيْمَ الاَجْرِ * وَالْعَفْوَ مَعْ غُفْرَانِهِ وَالْبِرِّ
Semoga Allah membalas mereka dengan pahala yang besar serta ampunan
 dan kebaikan Nya

النِّيَّة شَرْطٌ لِسَائِرِ الْعَمَلْ * بِهَا الصَّلاَحُ وَالفَسَادُ لِلْعَمَلْ
1. Niat adalah syarat bagi semua amal.. Niat lah penentu baik dan rusak nya amal

الدِّيْنُ مَبْنِيٌّ عَلَى الْمَصَالِحِ * فِيْ جَلْبِهَا وَالدَّرْءِ لِلْقَبَائِحِ
2. Agama ini dibangun atas pengambilan maslahah dan penolakan mafsadah

فَإِنْ تَزَاحَمْ عَدَدُ الْمَصَالِحِ * يُقَدَّمُ الأَعْلَى مِنَ الْمَصَالِحِ

3. Apabila beberapa maslahat berbenturan, maka didahulukan yang paling utama maslahatnya

وَضِدُّهُ تَزَاحُمُ الْمَفَاسِدِ * مُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ الْمَفَاسِدِ

4. Sebaliknya, Jika beberapa mafsadah bebenturan maka ambillah yang paling kecil kerusakannya

وَمِنْ قَوَاعِدِ الشَّرِيْعَةِ التَّيْسِيْرُ * فِيْ كُلِّ أَمْرٍ نَابَهُ تَعْسِيْرُ

5. Diantara kaidah syara’ kita adalah “memudahkan” pada setiap perkara yang terlihat sulit

وَلَيْسَ وَاجِبٌ بِلاَ اقْتِدَارِ * وَلاَ مُحَرَّمٌ مَعَ اضْطِرَارِ
6. Bukan lah suatu kewajiban jika tiada kemampuan dan tidak ada yang diharamkan saat darurat

وَكُلُّ مَحْظُوْرٍ مَعَ الضَّرُوْرَةْ * بِقَدْرِ مَا تَحْتَاجُهُ الضَّرُوْرَةْ
7. Setiap yang dilarang saat keadaan darurat (diperbolehkan) sekedar memenuhi kebutuhan daruratnya saja

وَتَرْجِعُ الأَحْكَامُ لِلْيَقِيْنِ * فَلاَ يُزِيْلُ الشَّكُّ لِلْيَقِيْنِ
8. Hukum itu dikembalikan pada keyakinan maka keraguan tidak dapat menghilangkan keyakinan

وَالأَصْلُ فِيْ مِيَاهِنَا الطَّهَارَةْ * وَالأَرْضِ وَالثِّيَابِ وَالحِجَارَةْ

9. Hukum asal air, tanah, pakaian, dan batu adalah suci

وَالأَصْلُ فِيْ الأَبْضَاعِ و اللُّحُوْمِ * وَالنَّفْسِ وَالأَمْوَالِ لِلْمَعْصُوْمِ
10. Hukum asal jima’, daging, jiwa, dan harta bagi seorang muslim itu:


تَحْرِيْمُهَا حَتَّى يَجِيْئَ الْحِلُّ * فَافْهَمْ هَدَاكَ اللّهُ مَا يُمَلُّ
11. Hukumnya haram sampai datang yang menghalalkannya.. Maka pahamilah.. Semoga Allah memberimu petunjuk pada apa yang diharapkan.

وَالأَصْلُ فِي عَادَتِنَا الإِبَاحَةْ * حَتَّى يَجِيْئَ صَارِفُ الإِبَاحَةْ
12. Hukum asal adat istiadat adalah mubah sampai datang dalil yang merubah hukum mubahnya

وَلَيْسَ مَشْرُوْعًا مِنَ الأُمُوْرِ * غَيْرَ الَّذِيْ فِيْ شَرْعِنَا مَذْكُوْرِ
13. Setiap perkara yang dalam syariat tidak disebutkan maka tidak disyariatkan


وَسَائِلُ الأُمُوْرِ كَالْمَقَاصِدِ * واحْكُمْ بِهَذَا الْحُكْمِ للزَّوَائِدِ
14. Hukum wasilah / jalan menuju sesuatu itu seperti hukum tujuannya.. Ambillah hukum ini untuk tambahan.

وَالخَطَأْ وَالإِكْرَاهُ وَالنِّسْيَانُ * أَسْقَطَهُ مَعْبُوْدُنَا الرّحْمنُ
15. Salah, terpaksa, dan lupa itu dimaafkan oleh rabb yang kita sembah, Ar Rahman

لَكِنْ مَعَ الإِتْلاَفِ يَثْبُتُ الْبَدَلْ * وَيَنْتَفِي التَّأْثِيْمُ عَنْهُ وَالزَّلَلْ
16. akan tetapi jika disertai pelanggaran (hak manusia), ia wajib menggantinya dan berguguran lah dosa dan kesalahan

وَمِنْ مَسَائِلِ الأَحْكَامِ فِي التَّبَعْ * يَثْبُتُ لاَ إِذَا اسْتَقَلَّ فَوَقَعْ
17. Diantara hukum hukum fiqih adalah taba’[1], ia bisa tetap hukumnya (jika diikutkan dengan yang lain), meski hal itu tidak bisa ditetapkan bila berdiri sendiri



وَالْعُرْفُ مَعْمُوْلٌ بِهِ إِذَا وَرَدْ * حُكْمٌ مِنَ الشََّرْعِ الشَّرِيْفِ لَمْ يُحَدّْ
18. Urf (kebiasaan setempat) itu (boleh) dipergunakan jika terdapat hukum syariat yang tidak dibatasi


مُعَاجِلُ الْمَحْظُوْرِ قَبْلَ آنِهِ * قَدْ بَاءَ بِالْخُسْرَانِ مَعْ حِرْمَانِهِ
19. Orang yang menyegerakan hal yang dilarang sebelum waktunya itu sungguh memperoleh kerugian serta keharamannya

وَإِنْ أَتَى التَّحْرِيْمُ فِيْ نَفْسِ الْعَمَلْ *أَوْ شَرْطِهِ فَذُوْ فَسَادٍ وَخَلَلْ
20. Jika datang pengharaman (syariat) pada suatu amal atau pada syarat nya maka amal itu (pada hakikatnya) rusak dan tercela

وَمُتْلِفُ مُؤْذِيْهِ لَيْسَ يَضْمَنُ * بَعْدَ الدِّفَاعِ بِالَّتِيْ هِيَ أحْسَنُ

21. Orang yang merusak sesuatu yg mengganggunya, tidaklah menanggung akibatnya,
jika ia telah berusaha menolaknya dengan cara yg lebih bijaksana.

وَأَلْ تُفِيْدُ كُلَّ فِي الْعُمُوْمِ * فِي الْجَمْعِ وَالأِفْرَادِ كَالْعَلِيْمِ
22. dan “Al” pada jamak dan mufrad itu memberi faidah keumuman pada segala hal

وَالنَّكِرَاتُ فِيْ سِيَاقِ النَّفْيِ * تُعْطِي الْعُمُوْمَ أَوْ سِيَاقِ النَّهْيِ
23. Dan juga nakirah pada kalimat peniadaan dan larangan memberikan makna umum

كَذَاكَ مَنْ وَمَا تُفِيْدَانِ مَعَا * كُلَّ الْعُمُوْمِ يَا أُخَيَّ فَاسْمَعَا
24. Begitupula kata “مَنْ (siapa)” dan “ مَا(apa)”, keduanya memberikan makna umum wahai saudaraku.. maka dengarkanlah..

وَمِثْلُهُ المُفْرَدُ إِذْ يُضَافُ * فَافْهَمْ هُدِيْتَ الرُّشْدَ مَا يُضَافُ
25. dan contoh lainnya, kata mufrad jika diidhafahkan.. maka pahamilah semoga kamu diberi petunjuk


وَلاَ يَتِمُّ الْحُكْمُ حَتَّى تَجْتَمِعْ * كُلُّ الشُّرُوْطِ وَالْمَوَانِعْ تَرْتَفِعْ
26. Tidak sempurna suatu hukum sampai terpenuhi semua syarat nya dan hilang semua mawani’ (pencegah) nya


وَمَنْ أَتَى بِمَا عَلَيْهِ مِنْ عَمَلْ * قَدْ اسْتَحَقَّ مَا لَهُ عَلَى الْعَمَلْ
27. Orang yang memenuhi syarat dari suatu amal, maka ia berhak mendapatkan balasan (pahala) nya

وَكُلُّ حُكْمٍ دَائِِرٌ مَعْ عِلَّتِهْ * وَهِيَ الَّتِي قَدْ أَوْجَبَتْ لِشِرْعَتِهْ
28. Setiap hukum itu terkait dengan ‘illat yaitu sesuatu yang mewajibkan syariat suatu hukum

وَكُلُّ شَرْطٍ لاَزِمٌ لِلْعَاقِدِ * في الْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ وَالْمَقَاصِدِ
29. Setiap syarat yang diajukan oleh pembuat akad dalam jual-beli, pernikahan, dan tujuan lain itu wajib (dipenuhi)

إِلاَّ شُرُوْطًا حَلَّلَتْ مُحَرَّمَا * أَوْ عَكْسَهُ فَبَاطِلاَتٌ فَاعْلَمَا
30. Kecuali syarat-syarat yang menghalalkan apa yang haram dan kebalikan nya maka ketahuilah bahwa ini syarat yang bathil

تُسْتَعْمَلُ الْقُرْعَةُ عِنْدَ الْمُبْهَمِ * مِنَ الْحُقُوْقِ أَوْ لَدَى التَّزَاحُمِ
31. Undian itu (boleh) digunakan ketika ada hak-hak yang samar atau banyaknya orang


وَإِنْ تَسَاوَى الْعَمَلاَنِ اجْتَمَعَا * وَفِعْلُ إِحْدَاهُمَا فَاسْتَمِعَا
32. Jika ada dua amal sejenis yang berkumpul maka cukup sekali dilakukan.. perhatikanlah..

وَكُلُّ مَشْغُوْلٍ فَلاَ يُشَغَّلُ * مِثَالُهُ الْمَرْهُوْنُ وَالْمُسَبَّلُ
33. Setiap hal yang sedang dalam proses tidak boleh diproses contohnya benda yang digadai atau diwakafkan

وَمَنْ يُؤَدِّ عَنْ أَخِيْهِ وَاجِبَا * لَهُ الرُّجُوْعُ إِنْ نَوَى يُطَالِبَا
34. Orang yang memiliki kewajiban (hutang) dari saudaranya, maka ia wajib mengembalikkannya jika saudaranya berniat memintanya

وَالْوَازِعُ الطَّبْعِيّ عَنِ الْعِصْيَانِ * كَالْوَازِعِ الشَّرْعِيّ بِلاَ نُكْرَانِ

35. Tidak ada yg mengingkari, bahwa dorongan tabiat untuk meninggalkan maksiat
Itu seperti dorongan syariat untuk meninggalkannya

وَالْحَمْدُ لِلّه عَلَى التَّمَامِ * في الْبَدْءِ وَالْخِتَامِ وَالدَّوَامِ
36. Segala puji bagi Allah di permulaan dan di penutupan serta setiap saat.




ثُمَّ الصَّلاَةُ مَعْ سَلاَمٍ شَائِعِ * عَلَى النَّبِيّ وَصَحْبِهِ والتَّابِعِ
Kemudian shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi, Sahabat, dan Tabi’in



[1] taba’: sesuatu yg ada karena mengikuti keberadaan hal lain, bukan sesuatu yg berdiri sendiri

Comments