9 Prinsip Dakwah dalam Surat Yasin: 20-21
Oleh: Ustadz Muhammad Ridwan
Dakwah dijalan Alloh adalah sebuah pekerjaan mulia yang memiliki
Prinsip-Prinsip yang telah ditetapkan oleh Sang Maha pemberi titah
(Alloh SWT) agar perjalanan dakwah yang kita lakukan tepat sasaran.,dan
tidak terjebak pada kepentingan sesaat (Pragmatisme).oleh karenanya
Arahan yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT dapat dijadikan sebagai batu pijakan yang kokoh bagi para kader dakwah untuk mensukseskan langkah-langkah dakwahnya.
“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas
ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang
yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (QS. Yaasin: 20-21).
Didalam surat Yasin ayat 20 dan 21 terdapat 9 point tersirat tentang prinsip-prinsip dakwah tersebut:
1. Wa Jaa-a’ (Dan Datanglah)
Sebuah keharusan bagi seorang Da’i untuk datang ( berdakwah), datang
menuju tempat-tempat yang memiliki peluang untuk berdakwah,datang karena
panggilan keimanan saat melihat kemunkaran merajalela, kapanpun dan
dimanapun. Tekad yang selalu tertanam dalam jiwa mereka bahwa kedatangan
(kehadiran ) mereka adalah untuk melakukan perubahan terhadap berbagai
bentuk kebatilan (Kemunkaran).
Dalam Surat Al-Isra : 81 Alloh
berfiman: “Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”.
Dan juga dalam Surat Saba: 49 Alloh berfiman: “Katakanlah: “Kebenaran
telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
mengulangi “.
Jika seorang da’i datang/tinggal di suatu tempat
maka sudah menjadi kewajiban moral baginya untuk menjadi Agent of
Change (Agen Perubahan) ditempat tersebut.
2. Min Aqshol Madiinah (Dari ujung Kota)
Menggambarkan tentang jauhnya perjalanan yang harus ditempuh dalam
melakukan dakwah, Sehingga para dai harus bertadhiyah (berkorban) waktu,
tenaga, dan juga harta dalam perjalanan dakwahnya. meskipun perjalanan
dakwah itu dilakukan hanya oleh segelintir orang saja dikarenakan
perjalanan dakwah itu terasa amatlah jauh dan melelahkan, namun,
walaupun jauh Seorang dai harus tetap melakukan dakwahnya tanpa
mengandalkan orang lain.
Sebagaimana Firman Alloh dalam Surat
At-Taubah: 42, “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan
yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah
mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh
mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah : ‘Jikalau kami
sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu’. Mereka membinasakan
diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka
benar-benar orang-orang yang berdusta.”
3. Rojulun (Seorang laki-laki)
Alloh tak menyebut status, nama, jabatan orang (da’i) yang dimaksud
didalam ayat ini, meskipun menurut asbabunnuzul ayat, bahwa laki-laki
yang dimaksud adalah habib An-Nazar. Hal ini memaknai bahwa dakwah bisa
dilakukan oleh siapa saja (seseorang) yang memiliki kesadaran (Al-Wa’yul
Harokah) bahwa watawaa shoubilhaq, watawaa shoubisshobr (saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran) adalah kewajiban Insan
beriman.Lihat Al-Asr: 2-3, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”.
4. Yas’a (Bergegas-Gegas)
Berdakwah dengan penuh kesungguhan (Jiddiyatud Dakwah), tidak
berlambat-lambat, atau berleha-leha terhadap agenda dakwah yang telah
ditetapkan, atau dengan teganya kita berpangku tangan ketika melihat
yang lain sibuk dan bergegas. Alloh berfirman dalam Surat Al-Mu’minun:
61, “mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.
Namun harus
juga dibedakan antara bergegas/segera dengan terburu-buru (Isti’jal),
Bergegas adalah gerak cepat, tepat, dan akurat (terencana) sedangkan
Isti’jal adalah tergesa-gesa tanpa perencanaan, yang tentunya hasilnya
akan berbeda.
5. Qoola (Ia Berkata)
Berkata dalam
pengertian berupaya menyampaikan dakwah dengan lisan (kata-kata)
disetiap ada kesempatan berbicara (pandai memanfaatkan momen). Sehingga
setiap Da’i harus melatih kemampuannya di dalam menyampaikan dakwah
melalui kata-kata, sebagaimana Nabi Musa yang menginginkan memiliki
kemampuan dakwah melalui kata-kata (orator), hal ini dapat di lihat dari
Do’a yang dipanjatkannya kepada Alloh Azzawajalla. Sebagaimana yang
Alloh firmankan dalam surat Thaha: 27-28, “dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,”
6. Yaa-Qoumi (hai kaumku)
Adalah audiens dakwah (mad’u) yang jumlahnya banyak dan bertebaran
dimana –mana (yang belum tergarap), setiap orang yang jauh dari hidayah
Alloh itulah sasaran dakwah kita untuk kita dekatkan mereka kepada
Robbnya.
Didalam Alqur’an Surat Almu’min: 38, Alloh berfirman:
“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar”.
7. Ittabi’ul Mursaliin ( Ikutilah Utusan-Utusan Itu)
Muatan dakwah yang mengajak Manusia agar menjadi pengikut Alloh dan
Rasul ,bukan pengikut kita, untuk menghilangkan Kultus Individu
(Figuritas), Prinsip ini menjadi begitu penting untuk diperhatikan
seiring dengan maraknya majlis-majlis yang melahirkan kultus individu.Al
Quran Surat Al ‘Imran : 79:
“Tidak wajar bagi seseorang
manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu
dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata):
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
8. Ittabi’uu Manlaa yas’alukum ajro (Ikutilah orang yang tidak meminta balasan kepadamu)
Terkait dengan Shihatul Ittijah (sehatnya orientasi), karena tujuan
utama dakwah adalah bertransaksi dengan Alloh SWT untuk mencari
keridoanNya, Terlindung dari azabnya dan masuk ke dalam syurga yang
dijanjikanNya. Dengan demikian seorang dai harus meluruskan niat
dakwahnya hanya untuk mencari keredhoan Alloh, bukan untuk tujuan
popularitas ataupun tujuan materi dll. Alloh berfirman dalam Al Quran
surat As Saff ayat 10-11:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui”.
9. Wahum Muhtaduun (Dan Mereka adalah Orang yang Mendapat Petunjuk)
Artinya para Da’i ilalloh adalah orang –orang yang didalam dakwahnya
selalu berpegang kepada manhaj yang benar ( Al-Qur’an dan Sunnah ) , dan
mereka konsisiten berpegang kepadanya, Hujjah-hujjah (Argumentasi) yang
dipergunakan adalah Qolalloh wa Qoola Rasuul.
FirmanNya dalam Surat An-Najm ayat 4: “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Dalam Surat Yusuf Ayat 108: “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku
dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan
hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik”.
Jika 9 Prinsip-Prinsip dakwah diatas di amalkan
oleh setiap mu’min, maka tiada tempat yang sepi dari orang-orang yang
berdakwah, menyeru manusia kejalan TuhanNya, semoga kita dapat
melaksanakannya.
Wallohu A’lam
Comments
Post a Comment