Keterampilan Mengelola Kelas by Ema Suraya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula
maupun yang sudah pengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering
didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan
kelas. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pengelolaan kelas merupakan
masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pengajaran secara efesien dan memungkinkan mereka dapat
belajar. Dengan demikian peneglolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas,
lebih-lebih tidak satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
B. Perumusan Masalah.
1. Apakah Pengertian, Tujuan Pengelolaan kelas
itu sendiri?
2. Berbagai macam pendekatan, prinsip-prinsip,
dan komponen-komponen
Keterampilan dalam pengelolaan kelas.
3. Apa saja Masalah dalam pengelolaan kelas?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu
tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika
dia melaksanakan tugasnya. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi
penghalang bagi proses belajar mengajar.
Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990:2) adalah Pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan
guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha
mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan.
Karena tanpa mengelola kelas dengan baik, sama saja membiarkan jalannya
pengajaran tanpa membawa hasil. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa(Sudirman N, 1991,311).
Suharsimi Arikunto (1988:68)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efesien.
C. Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal
tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian
berikut.
1. Pendekatan Kekuasaan
2. Pendekatan Ancaman
3. Pendekatan Kebebasan
4. Pendekatan Resep
5. Pendekatan Pengajaran
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang
kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru
kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang
terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang
baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
b. Di dalam proses belajar terdapat proses
psikologis yang fundamental berupa penguatan positif (positive reinforcement),
hukuman, penghapusan(extinction) dan penguatan negatif (negative
reinforcement). Asumsi inimengharuskan seorang Wali/guru kelas melakukan
usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik
(perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama di kalangan
siswa.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
8. Pendekatan Proses Kelompok
9. Pendekatan Elektis atau pluralistik.
D. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
1. Hangat dan Antusias
2. Tantangan
3. Bervariasi
4. Keluwesan
5. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
6. Penanaman Disiplin Diri
E. Komponen-komponen Keterampilan Pengelolaan
Kelas
Komponen-komponen keterampilan
pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi dua bagian, yaitu yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal(preventif) dan
keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1. Keterampilan yang Berhubungan dengan
Penciptaan dan Pemeliharaan
Kondisi Belajar yang Optimal
(Bersifat preventif)
Keterampilan ini berhubungan dengan
kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta
aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
a. Sikap Tanggap
1. Memandang secara seksama
2. Gerak Mendekati
3. Memberi Pernyataan
4. Memberi reaksi terhadap gangguan dan
ketakacuhan.
b. Membagi Perhatian
1. Visual
2. Verbal
c. Pemusatan Perhatian Kelompok
1. Memberi Tanda
2. Pertanggungan jawab
3. Pengarahan dan Petunjuk yang Jelas
4. Penghentian
Tidak
semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau berhasil dihindari. Yang perlu
dilakukan adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata
melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas. Guru dapat secara
verbal mengomeli atau menghentikan gangguan anak didik itu, namun cara
mengomeli kurang dibenarkandalam pendidikan, sebab tidak mendidik. Teguran
verbal yang efektif adalah memmenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
a. Tegas
dan Jelas tertuju kepada anak didik yang mengganggu serta kepada
tingkah lakunya yang menyimpang.
b.
Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang
mengandung
penghinaan.
c.
Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang yang berkepanjangan.
5. Penguatan
6. Kelancaran
(smoothnees)
7. Kecepatan
(Pacing)
2. Keterampilan
yang berhubungan dengan Pengembangan Kondis Belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan
tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan, dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal. Apabila terdapat
anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah
menggunakan tingkah laku yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala
sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik, untuk membantu mengatasinya.
Pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan
perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus-menerus menimbulkan
gangguandan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi itu adalah:
a. Modifikasi Tingkah Laku
Guru
menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku
tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b. Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Guru dapat menggunakakn pendekatan
pemecahanmasalah ke;lompok dengan cara:
-
Memperlancar tugas-tugas: Mengusahakan
terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
-
Memelihara kegiatan-kegiatan Kelompok:
Memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang
timbul.
c. Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang
Menimbulkan Masalah.
F. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Pengelolaan Kelas bukanlah hal yang
mudah dan ringan. Jangankan bagi guru yang baru menerjunkan diri ke dalam dunia
pendidikan, bagi guru yang sudah profesional pun merasakan betapa sukarnya mengelola kelas.
Namun begitu tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas
setiap kali mengajar di kelas. Indikator kegagalan mengelola kelas adalah
prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran
yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang
sangat penting.
Keanekaragaman masalah perilaku
siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta,
masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan prilaku siswa adalah:
1.
Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan
jenis kelamin.
2.
Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,
bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
3.
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan,
merendahkan kelompok bodoh, dan sebagainya.
4.
Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya ialah mendorong perilaku
siswa yang keliru.
5.
Mudah Mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu,
iklim yang berubah, dan sebagainya.
6.
Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat
belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
7.
Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, situasi baru, dan
sebagainya.
Variasi perilaku itu menurut Made
Pidarta bukan tanpa sebab. Karena ada faktor-faktor penyebablah timbulnya
variasi perilaku itu. Menurut faktor-faktpr penyebab variasi itu adalah:
a. Karena pengelompokan (pandai, sedang,
bodoh). Kelompok bodoh akan menjadi
sumber negatif, penolakan atau apatis.
b. Dari karakteristik individual, seperti
kemampuan kurang, membuat tidak puas atau dari latar belakang ekonomi rendah
yang menghalangi kemampuannya.
c. Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh
teman-teman yang tidak mampu seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar
yang diberikan oleh guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri,
yang seringkali tidak sesuai dengan harapan sekolah.
d. Dalam latihan diharapkan semua siswa
tenang dan bekerja sepanjang jam
pelajaran , kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang
atau cemas. Karena itu perilaku-perilaku yang menyimpang seorang dua orang bisa
bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan. Guru harus berusaha mengadakan
situasi agar mereka bisa mengadakan interaksi.
e. Dari organisasi kurikulum tentang team
teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari
satu kelompok satu ke kelompok yang lain. Tenaga mereka banyak dipakai di
jalanan dan harus menyesuaikan diri berkali-kali, tidak ada kestabilan.
Penyesuaian terhadap guru dan metode-metodenya (guru vak). Pengembangan diri
yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terlambat.
Doyle
(1986) memandang variabel masalah pengelolaan kelas dari sudut lain.
Pendapatnya terungkap dari lima kategori masalah, yaitu:
1. Berdimensi banyak (Multidimensionality)
2. Serentak (Simultaneity)
3. Segera (Immediacy)
4. Iklim Kelas yang Tidak Dapat Diramalkan
terlebih Dahulu
5. Sejarah (History)
Masalah
Disiplin adalah masalah lain yang juga menjadi beban bagi guru. Cukup banyak
bentuk pelanggaran disiplin kelas yang siswa lakukan di sekolah. Bentuk-bentuk
pelanggaran disiplin yangbersifat individual dan masalah kelompok.
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin
yang bersifat individual adalah sebagai berikut:
1. Tingkah Laku untuk Menarik Perhatian
Orang Lain
2. Tingkah Laku untuk Menguasai Orang Lain
3. Perilaku untuk Membalas Dendam
4. Peragaan Ketidakmampuan
Sedangkan bentuk-bentuk pelanggaran
disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai kelompok:
a. Kelas Kurang Kohesif (Akrab)
b. Kesebalan terhadap Norma-norma yang
Telah Disepakati sebelumnya
c. Kelas Mereaksi Negatif terhadap
salahseorang Anggota
d. Menyokokng Anggota Kelas yang Justru
Melanggar Norma kelompok
e. Semangat Kerja Rendah atau Semacam Aksi
Protes Kepada guru
f. Kelas Kurang Mampu menyesuaikan Diri
dengan Situasi Yang Baru
G. Penataan Ruang Kelas
Dalam masalah penataan ruang kelas
ini uraian akan diarahkan pada masalah; Pengaturan tempat duduk, pengaturan
alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan Ventilasi
serta tata cahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. , Drs. Aswan Zain. 2010.Strategi Belajar
Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.Cet.ke-4.
Comments
Post a Comment