METODOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM diposting oleh Ema Suraya


RANGKUMAN MAKALAH
METODOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang Baik


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bila kita berbicara tentang ruang lingkup pengajaran agama, maka akan dikemukakan beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu yang sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu saja seharusnya sudah mempunyai metodik khusus untuk masing-masing pelajaran (fiqih, aqidah, akhlak, dan mata pelajaran agama yang lainnya).
Jumlah dan jenis mata pelajaran dapat saja bertambah/dipecah dan mungkin di gabung. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi, yang bertambah adalah bidang studi dari segi pengelompokkannya serta pembahasannya.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat menemukan permasalahan yaitu : Metode apa yang cocok dengan mata pelajaran (Aqidah, Akhlak, Fiqih dan lain-lain)
Bagaimana kriteria pengajaran Pendidikan Agama Islam?
Metode metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Kriteria Pengajaran PAI
Kriteria pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah persyaratan atau macam-macam pengajaran PAI yaitu dari segi penggunaan metode. Berbicara kriteria tentunya dari sekian banyak mata pelajaran PAI kriteria metode yang digunakan seperti apa.

Macam-Macam Pengajaran PAI

Bahan pelajaran agama tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa  yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak mustahil akan timbul pada diri anak, murid merasa tidak senang dengan guru agamanya.
Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai dengannya.
Bahan yang memerlukan pengamatan. Pengetahuan yang dimiliki oleh anak  pada umumnya diperoleh melalui pengamatan/alat indera. Bahan pelajaran agama di Madrasah Tsanawiyah pada umumnya dapat dipelajari melalui pengamatan melalui indera / pengamatan (Sensory type of learning). Contoh pengetahuan tentang shalat dan pelaksanaannya. Dengan mendengar uraian guru murid dapat mengetahui belai indera pendengar, dan begitu juga dengan membaca maka indera penglihatan yang berfungsi dari contoh di atas maka metode yang cocok adalah metode ceramah metode resitasi atau metode proyek (dalam hal ini proyek tentang shalat).
Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu. Untuk mengusai bahan sejenis ini seseorang terutama harus belajar  secara motoris (motor type of learning) contoh  bahan pelajaran tentang jenazah (mengkafani jenazah) untuk mengusai keterampilan itu guru harus memberi kesempatan kepada murid melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan atau keterampilan mengukur, menggunting, membungkus serta keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah. Dari contoh di atas maka metode yang relevan adalah metode demonstrasi dan drill.
Bahan  yang mengandung materi hafalan. Bahan pelajaran agama yang seperti ini termasuk cukup banyak dan segera harus diketahui dan dihafalkan karena akan digunakan dalam beribadah dan beramal untuk mempelajari bahan hafalan ini diperlukan jenis belajar menghafal (memory type of learning). Belajar  dengan menghafal sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu cara penyebutan kata-kata, definisi dan sebagainya, tetapi tidak dipahami. Untuk menghindari  anak dari penyakit tersebut perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : Bahan yang akan diajarkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak. Dan Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan jadi untuk materi hafalan metode yang relevan adalah metode resitasi dan tanya jawab.
Bahan yang mengandung unsur emosi. Bahan yang mengandung emosi seperti kejujuran, keberanian, kesabaran, kegembiraan, kasih sayang dan sebagainya. Bahan seperti ini memerlukan jenis belajar tersendiri yang disebut emosional type of learning, dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis belajar emosi ini belum mendapat perhatian sebagai mana mestinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan pelaksanaannya tidak mudah.
Contoh: akhlak terhadap diri sendiri, bahan yang akan dipelajari adalah sabar, pemaaf, pemurah, dan menjauhi sifat dendam untuk mencapai hal tersebut guru harus mengusahakan agar anak memperoleh pengalaman sebanyak-banyak. Jadi dengan menggunakan metode sosiodrama/bermain peranan dan service project. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya adalah
Harus ada pada anak suatu ide tentang sifat sabar, pemaaf dan sebagainya
Timbul emosional pada diri anak, yaitu ia merasa bahwa sifat itu baik atau tidak baik
Sifat-sifat itu harus dilatih, dilaksanakan dalam perbuatan
Dari bentuk keempat kriteria pengajaran PAI maka dapat disesuaikan apakah keempat kriteria itu termasuk dalam bidang studi fiqih, aqidah, akhlak, dan mata pelajaran yang lain.


Metode metode yang dipakai dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam ada beberapa macam  dan berikut penjelasannya:

1.          Metode Ceramah

          Metode Ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi  lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Dapat dikatakan juga sebaagai metode kuliah karena umumnya banyak dipakai di perguruan tinggi dalam bahasa Inggris disebut lecturing method atau telling method. Nabi Muhamad saw dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya banyak mempergunakan metode ceramah, disamping metode lainnya.

Langkah-langkah metode ceramah
a.Persiapan     
b.Pelaksanaan    
c.Kesimpulan

Kelebihan metode ceramah
-Guru mudah menguasai kelas
-Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
-Dapat diikuti oleh jumlah siswa yg banyak
-Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
-Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

Kelemahan metode ceramah
-Mudah menjadi verbalisme(pengertian kata-kata)
-Yang Visual menjadi rugi , yang auditif(mendengar) besar menerimanya
-Bila digunakan terlalu lama, membosankan
-Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali
-Menyebabkan siswa menjadi pasif.

                Untuk memperbaiki metode ceramah ini; Kemukakan cerita atau visual yang menarik, anekdot, cerita fiksi, kartun atau grafik atau buatlah kasus masalah atau kemukakan suatu masalah di sekitar ceramah yang anda sampaikan.

2.         Metode Diskusi

           Adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran, dimana pendidik memberikan kesempatan kepada para peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Yang perlu diperhatikan ialah hendaknya para peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif di dalam setiap forum diskusi agar bayak yang menyumbangkan pikirannya. Sebagai dasar metode diskusi dapat dilihat AlQuran dan perbuatan-perbuatan Nabi saw. Dalam AlQuran Allah :

” Serulah (manusia) kepada agama Tuhanmu dengan bijaksana dan Pengajaran yang baik, bertukar pikiranlah dengan mereka itu dengan cara yang baik”  (QS AnNahl:125)

Yang dibutuhkan bila menggunakan Metode ini adalah:

1.Menyediakan bahan/topik atau masalah yang akan didiskusikan
2.Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan
3.Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisa dan meringkas.
4.Membimbing diskusi, tidak  memberikan ceramah
5.Sabar terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu
6.Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.

                Model ini cocok digunakan siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar. Di pelajaran normal atau magang, di perluasan pengetahuan yang telah didiskusikan.


Jenis-Jenis Diskusi secara umum
1.         Whole Group; Kelas merupakan satu kelompok diskusi, whole group yang ideal apabila jumlah   Anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang.
2.           Buzz Group:Satu kelompok besar dibagi atas beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur agar peserta didik peserta didik dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah.
3.  Panel Diskusi;Sejumlah orang yang ditunjuk menyelenggarakan tugas tertentu,misalnya;mengadili, mendiskusikan sesuatu dan sebagainya.
4.    Simposium;Berasal dari bahasa Yunani, yaitu symposium. Akar katanya ialah Syn(bersama) dan posis(minuman) . Simposium artinya; Sekumpulan orang minum dengan gembira bersama.
5.              Musyawarah; Berunding atau bertukar pikiran
6.                 Seminar
7.              Forum
8.              Kelompok tanpa pemimpin
9.                  Fish bowl

3.         Metode Eksperimen

A.           Pengertian

Yang  dimaksud dengan metode eksperimen ialah apabila seseorang  peserta didik melakukan sesuatu percobaan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Misalnya di bangku setiap peserta didik diletakkan segelas air kemudian apa yang terjadi gula itu melarut dan menghilang di dalam air, sedangkan zatnya tetap ada.
Metode eksperimen ini banyak sekali dipakaikan orang semenjak zaman dahulu. Semua hasil-hasil penemuan baru banyak yang diperdapat dengan jalan eksperimen. Dalam Islam pemakaian metode ini juga sering digunakan dalam pelaksanaa pendidikan Agama. Nabi Muhamad dalam mengajarkan masalah praktek ibadah juga memakai metode eksperimen ini.
Dalam suatu hadis pernah ditemui : “Pada suatu hari Nabi sedang berada dalam masjid, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki bershalat. Kemudian ia menghadap Nabi seraya memberi salam. Setelah Nabi menjawab salamnya lalu ia berkata :”Kembalilah dan shalat sekali lagi, setelah selesai ia satang pula menghadap Nabi seraya  memberi salam. Nabi bersabda;Kembalilah dan shalat sekali lagi, karena engkau belum shalat.
[hal itu sampai tiga kali].
                Kemudian berkata laki-laki itu; Demi Allah, saya tidak pandai mengerjakan shalat selain daripada itu , sebab itu ajarkanlah aku. Berkata nabi SAW. Apabila engkau berdiri hendak mengerjakan shalat, hendaklah takbir, kemudian bacalah apa yang mudah bagi engkau di antara Al-Quran, sudah itu rukulah hingga tenang dalam rukuk itu, kemudian bangkitlah hingga tegak lurus kembali kemudian sujudlah hingga tenang dalam sujud itu, kemudian bangkitlah sehingga tenang dalam duduk, kemudian sujudlah kembali dan seterusnya [H.R. Bukhari].

B. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan yang dapat diambil dari pemakaian metode eksperimen:
1-Dengan metode eksperimen peserta didik dapat membuktikan sendiri hukum-hukum 
   dan teori yang berlaku.
2-Peserta didik dapat pula dengan usahanya sendiri memenuhi hukum-hukum baru,
   terutama yang berhubungan dengan hukum alam. Dengan metode eksperimen peserta
   didik memiliki pengetahuan, pengalaman dan pengertian yang lebih jelas.

C. Keterbatasan Pemakaian

Ketentuan metode eksperimen terbatas pelaksanaannya apabila:
1- Jenis masalah yang dipecahkan.
     Kalau masalah yang dipecahkan itu tidak dapat dilaksanakan dengan eksperimen   
     janganlah dipaksakan pemakaiannya. Andaikan dipaksakan hasilnya tidakmemuaskan.
     oleh sebab itu pergunakan saja metode yang lain yang lebih cocok.
2- Cukup atau tidaknya alat-alat yang digunakan.
     Dalam eksperimen apabila alat-alat tidak cukup maka tidak semua peserta didik dapat
     Melaksanakannya. Maka tidak semua peserta didik dapat mencari pemecahannya.

4.         Metode Demonstrasi

           Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Dalam mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhamad saw, sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini. Seperti mengajarkan cara-cara wudhu’, shalat, haji dan sebagainya. Dalam suatu hadist pernah Nabi menerangkan kepada umatnya, 

Sabda Rasulullah S.a.w.:

“Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu lihat aku sembahyang      (H.R. Bukhari).


Keuntungan Metode Demontrasi:

1-         Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikut sertakan.
2-         Pengalaman peserta didik bertambah
3-         Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama.
4-         Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapi suatu proses.
5-         Mengurangi kesalahan-kesalahan
6-         Pengajaran menjadi lebih jelas, lebih konkret dan lebih menarik.

Kelemahan metode demonstrasi

1-         Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik untuk itu perlu
            persiapan yang matang.
2-         Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan yang 
            cukup.



5.                Metode Pemberian Tugas

Metode ini menyajikan bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode inidiberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Tugas ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas.

Langkah-langkah yang harus diikuti metode pemberian tugas adalah:

1)         Fase Pemberian Tugas
2)         Tujuan yang akan dicapai
3)         Jenis tugas yang jelas dan tepat sesuai dengan kemampuan siswa
4)         Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
5)         Sediakan waktu yang cukup untuk untuk mengerjakan tugas tersebut
6)         Langkah Pelaksanaan Tugas
7)         Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
8)         Diberikan bimbingan /pengawasan oleh guru
9)         Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
10)       Dianjurkan siswa mencatat  hasil-hasil yang ia peroleh
11)       Fase mempertanggung jawabkan tugas
12)       Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang dikerjakannya
13)       Ada Tanya jawab/diskusi kelas
14)       Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes

Kelebihan Metode ini adalah

Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelom
Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan gu
Dapat membina tanggung jawab dan disiplin sis
Dapat mengembangkan kreativitas siswa

Kekurangannya adalah
Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas khususnya tugas kelompo
Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa

6.         Metode Sosiodrama

Adalah Cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Bahan-bahan yang mengandung unsur emosi. Bahan yang mengandung emosi seperti kejujuran, keberanian, kesabaran, kegembiraan, kasih sayang dan sebagainya. Bahan seperti ini memerlukan jenis belajar tersendiri yang disebut emosional type of learning, dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis belajar emosi ini belum mendapat perhatian sebagai mana mestinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan pelaksanaannya tidak mudah. 
Contoh: akhlak terhadap diri sendiri, bahan yang akan dipelajari adalah sabar, pemaaf, pemurah, dan menjauhi sifat dendam untuk mencapai hal tersebut guru harus mengusahakan agar anak memperoleh pengalaman sebanyak-banyak. Jadi dengan menggunakan metode sosiodrama/bermain peranan dan service project.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode ini  adalah:
 >Siswa terlatih berinisiatif dan kreatif.
>Dilatih bekerjasama
>Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk
>Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami oranglain.

Kekurangan Metode Sosiodrama:
Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif
Banyak memakan waktu , baik waktu persiapan maupun pelaksanaan pertunjukan
Memerlukan tempat yang cukup luas jika bermain sempit menjadi kurang bebas
Kelas lain sering terganggu oleh suara para pemain dan penonton yang terkadang bertepuk
tangan dan berprilaku lainnya.

7.         Metode Drill

            Metode ini disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat digunakan juga untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
Kelebihan metode ini adalah:
1.Memperoleh kecakapan motorik seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat(mesin permainan dan atletik) dan terampil menggunakan peraralatan olahraga .
2. Kecakapan mental seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian dsb.
3.Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. Gerakan yang kompleks dan rumit menjadi lebih otomatis.

Kekurangan metode Latihan:
>Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa diajak kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
>Dapat menimbulkan Verbalisme.

8.         Metode Kerja kelompok

9.         Metode Proyek

10.       Metode Tanya Jawab

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dalam pengajaran agama Islam pada khususnya tentunya memerlukan metode agar dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam kriteria pengajaran PAI ada 4 hal yang harus diperhatikan dan metode yang relevan untuk digunakan yaitu, :
Bahan yang memerlukan pengamatan, metodenya yaitu metode ceramah, resitasi, atau proyek
Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu, metodenya  yaitu metode demonstrasi dan dril
Bahan yang mengandung materi hafalan, metodenya yaitu, pemberian tugas dan tanya jawab
Bahan yang mengandung unsur emosi, metodenya yaitu metode sosiodrama/bermain peran dan service project

Saran
Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang dalam makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari ibu  dosen yang membawakan materi ini

 PUSTAKA
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam Bandung, Rajawali Press, 2004.



Comments